Saturday, January 31, 2009

Wayang

Sudah tampak jelas apa yang menjadi peta dari pemikiran saudara – saudaraku. Apa yang sudah saya taruhkan digadaikan begitu saja. Mungkin hari ini tidak begitu terasa side effect yang ditimbulkan. Persaudaraan yang dibangun lebih dari empat tahun yang lalu tergadai sudah. Mungkin tidak akan ditebus sampai akhir matahari terbit dari timur. Hanya terasa dalam hati, perasaan ini kupendam. Hanya mampu kuungkapkan lewat tulisan, lebihnya tidak.
Beginilah nasib yang akan diterima oleh kaum seperti saya. Hanya merasa seperti boneka yang bisa digerakkan ke mana saja sama empunya. Laiknya dalang memainkan wayang yang ada di tangannya. Sebenarnya saya sadar dengan sesadar – sadarnya bahwa yang saya lakukan tidak sesuai dengan nurani saya. Namun apa daya, saya belum bisa kuasa membendung keadaan seperti ini.
Apa yang saya khawatirkan benar – benar terjadi. Enam alasan yang saya sampaikan sudah menjadi korban. Alasan pertama sudah terbukti, ketika saya membaca pengumuman secara tidak sengaja di HP teman. Isinya ialah pengumuman open recruitment salah satu BHMN di kota Jawa Timur. Di situ disebutkan salah satu syaratnya ialah belum berumur 25 tahun pada tanggal sekian pada bulan sekian pada tahun 2009. Jleb hati ini bagaikan dipukul dengan benda tumpul yang berat. Bagaikan bendungan yang tidak kuasa menahan air saking banyaknya, air mata ini ingin keluar mengaliri hamparan pipi di pinggir bukit kecil hidung. Ingin memamerkan bahwa dia bisa memberi tanda pada orang yang melihat bahwa sang “baureksa” lagi sedih. Merasa dikhianati oleh orang – orang dekatnya.
Saya merasa sendirian, tidak ada tempat untuk mencurahkan isi hati. Kalaupun ada ternyata tidak membuat hati menjadi tenteram, malah bikin sakit hati. Makanya biarlah ini saya simpan dalam hati, biar mengeras jadi batu dan ketika sudah lama akan ditumbuhi oleh lumut hijau. Lumut – lumut yang tumbuh akan tampak lebih indah apabila disandingkan dengan interior modern yang terbuat dari batu mulia dan ditambah dengan ukiran para seniman. Saya sudah benar menjadi lilin yang hancur demi kebahagiaan orang – orang di sekeliling saya. Semoga Allah SWT meridloi. Karena hanya dengan Ridho Allah saja sakit hati ini terobati.

Malaikat dan manusia

Katanya kita harus khusnudzon pada orang lain, namun dengan rasionalisasi yang kuat terkadang khusnudzon itu terkalahkan oleh logika berpikir kita. Kita sering tidak kuat menahan khusnuzon yang ada pada diri kita. Diakui atau tidak, sebagai manusia biasa yang diberi akal oleh Tuhan yang memang disuruh untuk berpikir secara ilmiah. Kita bukan malaikat atau sejenisnya yang hidup hanya semata – mata menatai perintah sang Kholiq tanpa ada godaan nafsu atau keinginan lainnya. Jadi malaikat tidak kuasa untuk memilih, jangankan memilih, kata pilihan aja mungkin para malaikat tidak kenal. Beda dengan kita, manusia yang penuh dengan keinginan, nafsu dan sebagainya.