Wednesday, May 18, 2011

Nyawa di bibir sampan

Sudah menjadi konsekuensi dari pernyataanku dulu. Sebuah jawaban super dari pertanyaan super waktu presentasi akhir project Management Trainee dulu. Pertanyaan itu diajukan oleh salah satu majelis penguji dari HR yang intinya ialah siapkah aku untuk ditempatkan di mana saja kalau diterima kerja. Sayapun dengan mantab tanpa ragu menjawab "Kecuali di neraka, saya siap ditempatkan di mana saja". Dan jawaban itu membuat semua majelis penguji dari semua level, terkesima dan semua menunjukkan ekspresi orang-orang Ɣa̲̅ ήƍ penuh semangat dan optimis. Pengaju pertanyaanpun langsung menengok kebelakan menahan tawa dan sudah habis akal menanggapi jawaban Ɣa̲̅ ήƍ tak terduga itu.
Sedikit cerita di atas mungkin yang melatar belakangi saya saat ini di sini. Sebuah kehidupan yang memang tidak saya bayangkan sebelumnya. Tempat yang jauh dari peradaban, jauh dari keramaian, jauh dari barang harga murah, jauh dari keramaian dan sangat jauh dari yang saya bayangkan. Mungkin juga bisa dikatakan lebih jauh dari neraka, lebih parah maksudnya. Sungguh kehidupan yang layak untuk diangkat menjadi film atau sinetron.
Tempat aku tinggal saat ini ialah tempat yang bisa dikatakan terisolir karena dikelilingi sungai dan kalau mau keluar harus menyeberang naik sampan atau "ces" orang sini menyebutnya. Itupun tidak bisa hanya menyeberang dan selesai, kita harus merogoh kocek sedalam-dalamnya. Sekali menyeberang harus membayar charge Rp. 40000,00 dan kalau kita tidak punya uang pas, maka uang kembalian tidak kembali, namanya apa dung?
Bayar segitu itu belum termasuk Jasa Raharja, dan memang bebas iuran wajib jasa raharja seperti tiket-tiket pada umumnya dan memang gak ada tiket. Waktu kemarin saya ke kota kecamatan dan harus naik ces untuk menghadiri acara arisan dan sekalian service motor. Waktu saya di atas dan itu adalah pengalaman pertama saya, saya mau jatuh. Anda jatuh saya tidak yakin bisa nulis tulisan ini. Ditambah pengemudi ces Ɣa̲̅ ήƍ saya tumpangi ini masih anak-anak. Itu Ɣa̲̅ ήƍ membuat habis rasa ini. Bener-bener nyawa saya berada di pinggir ces kemarin itu. Temanku bilang memang seperti itu pengalaman pertama. Batin saya bilang, kalau matipun juga pengalaman pertama. Perjalanan ke kota kecamatan aman, pikirku. Namun masih mengganjal lagi karena pulangnya saya juga harus lewat situ lagi, menyandarkan nyawa di bibir sampan lagi. Hati saya bilang kalau mati, semoga saya termasuk dalam golongan orang jihad karena niatan saya ialah baik. Tapi semua bisa saya lewati dengan baik-baik saja meskipun hati ini deg-degan kencang menahan misteri nyawa di bibir sampan.

Sudah 18 Mei

Tidak terasa, hari ini sudah tgl 18 Mei dan saya harus tahu apa yang terjadi untuk tanggal 31 Mei nanti. Bukan memakai ilmu ramalan yang harus puasa, ataupun semedi dulu, namun hanya bermain angka dengan bantuan kalkulatorku. Yup, dengan targetan yang sudah pasti dan pencapaian sampai hari ini Ɣa̲̅ ήƍ sudah menapaki pencapaian 45%, maka saya optimis akan bisa mencapai 89% dari target bulan ini. Dan ini mengalami kenaikan pencapaian dari bulan lalu. Meskipun berat dan butuh perjuangan ekstra, bermodal semangat dan optimis saya yakin akhir bulan ini bisa mencapainya. Semoga semangat ini masih melekat di dadaku dan juga melekat di dada masing-masing teamku. Ayo maju terus pantang mundur!