Tuesday, September 09, 2008

Panasnya Batu saat puasa



Apa boleh buat,,setelah saya telephone pak Suwarno, ternyata apelnya sudah dipanen. Beliau tidak menghubungi saya, apakah karena dari mahasiswa kurang dipercaya ataukah seperti apa? Jadi yang sedianya kami akan menghitung jumlah daun apel di kebun tersebut dengan semangat tinggi, tiba - tiba semangat itu hilang entah ke mana. Pagi sekali saya menghubungi partner saya, dari telephone dan SMS, namun jangankan balasan, "CUMI"pun gak ada.
Akhirnya pagi jam 09.00 baru berangkat ke Batu, gara - gara si king Baron lagi dipinjem ma temenku. Aku mampir ke kost iman, dan diskusi masalah skripsiku. Aku data dan list segala yang menjadi kebutuhan skripsi aku. Kemudian saya ke dosen pembimbing I untuk minta tanda tangan. Di sana saya di kasih banyak nasehat supaya lekas selesai kuliahnya. Naluri seorang ibu, katanya. Tapi yang membuat aku terpukul ialah ketika saya dikatakan sibuk dengan BEM sehingga penelitianku terlantar. Yang mengatakan demikian tidak lain dan tidak bukan ialah partner aku sendiri. Kenapa fitnah itu harus terjadi? Padahal kalau dipikir dan banyak yang tahu, mungkin aku yang banyak meluangkan waktu untuk penelitian ini. Mereka bahkan lebih disibukkan dengan aktivitas mereka yaitu pameran. Dosen pembimbingku menyangka kalau saya memang sibuk ngurusi BEM. Padahal aku sring SMS, telephon dan gak diangkat sama sekali begitu dibilang saya gak memikirkan penelitian. Begitu hitam prasangka orang dan benar kalau fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Setelah dapat tanda tangan saya pamit untuk pergi melakukan pengamatan.
Sampai di kebun, sangat payah kami naik sampai ke atas. Karena sangat curam tebing kebun itu. Mungkin hampir 45 derajat kemiringannya. Kami menghitung jumlah daun 4 pohon sekaligus. Saya dibantu Iman dalam suasana yang sangat panas, apalagi puasa kaya gini...Disamping itu kami banyak ngobrolin tentang pacaran jaman sekarang dan pengkaderan di HMI, nyambung gak sih? tapi kami sangat prihatin dengan kondisi seperti saat ini.
Setelah selesai kami mampir di masjid merah putih untuk sholat Dluhur. "Masjid Merah putih" aneh memang namanya, tidak lazim orang mengatakan mungkin ya,,dari hijab/tabir dibuat merah putih warnanya. Nasionalis banget kayaknya. Bahkan saya kira bangunannyapun meniru kultur hindu. Jadi semua dipadukan dalam bentuk bangunan masjid. Apakah maksud dari tujuannya, wallahu bi showab..
Sampai
di kost iman, saya tidur sebentar dan dilanjutkan ke kampus untuk bahas buka puasa bareng LKM FP. Rencananya dilakukan hari Rabu, tanggal 17 September 2008 di Fakultas Pertanian.
Aku buka puasa dengan buah apel hasil penelitian, dan terawih seperti biasa dilakukan di komisariat, moga jadi barokah bagi komisariat. Amin....

Akhirnya...


Akhirnya saya bisa ketemu dengan dosen pembahas dan langsung ditandatangani sebagai tanda beliau setuju.
God willing, I'll proposal seminar Thursday at 09.10 o'clock in Plant breeding laboratory. I want to invite all my friends to come to my seminar.
Tatapi saya hanya berbekal nekat saja, entah nanti jadi apa yang penting saya sudah maju seminar proposal, hanya itu yang ada di otakku. Aku sudah kadung bilang sama temen - temen aku. Termasuk Hasan dan Hendra yang mereka aku minta jadi moderator dan pembahas aku. Tapi mereka bebarengan dengan kuliah Pola tanam. Tak lupa aku juga menimbang apel dari panenan Otto. Siangnya aku pulang dan langsung tidur, jadi tidak melihat betapa derasnya hujan kemarin. Setelah itu saya dengan Bagus cari takjil di Taman Budaya Soekarno hatta. Di sana kami photo - photo dengan bapak Polisi. Buka dengan takjil es poco - poco dan makan soto Madura kesukaan Bagus gara - gara ada merk Maduranya. Dasar orang yang aneh...
Solat tarawih aku di komisariat, malam itu Bagus jadi imam dan mas Hamid yang ngisi kultum. Aku budayakan hal demikian karena disamping untuk ibadah melainkan juga buat media aktualisasi kader. Dilanjutkan tadarus dengan metode satu baca dan lainnya menyimak, membenarkan bila ada yang salah. Aku kebagian baca 0,5 juz dan pada akhir bacaan setelah mengucap Sodaqallaahul 'adziim, tiba - tiba di depanku sudah ada orang yang sangat aku cintai dari awal kami berjumpa. Namun dasar aku yang kalah sebelum berperang memilih kalah dan ikhlas membiarkan sang pujaan bersama orang lain dan ternyata menurut sumber yang dapat dipercaya, yang aku pikirkan ialah salah apa adanya. "Dia belum punya gandengan..." kaya di lagunya Yopie Latul aja. Malam tadi dia mau ke suatu tempat tapi belum tahu tempatnya, makanya saya mengantarnya. Awalnya dia mau ke kos temen, tapi temennya ternyata masih tidur. Akhirnya kami berdua ke tempat itu. Rasanya seneng banget,,, tapi entah dia tahu atau tidak perasaanku saat itu. Meskipun hanya bisa mengantar, tapi rasanya seneng banget, apa ini namanya cinta?
Sebenarnya rasa ini sudah ada semenjak saya melihat dia. Tapi seperti yang sudah saya tulis tadi, saya kurang PD dengan aku sendiri, dia disenengi oleh temen deketku sendiri, maka aku pilih rela membiarkan meski akhirnya tidak kesampaian niatan temenku itu. Pikirku, kalau temenku sang pujangga malam saja belum bisa dengan dia, apalagi aku,,,bukan pujangga. Selanjutnya dia juga dekat dengan orang yang sangat briliant menurut aku, tapi sepertinya hari ini juga belum bisa sesuai laiknya orang pacaran. Akhirnya dengan sisa keberanian aku paksakan diriku untuk tidak tertunduk malu, tetapi akan bangkit untuk ungkapkan cinta. Itu tekadku mungkin ya...Siapa yang tahu??cuma sedikit.
Meskipun dia gak tahu isi hatiku saat ini, minimal saya bisa menulis perasaan ini dan orang lain tahu betapa besarnya cinta ini. Dan yang saya pahami tidak ada kata salah dalam cinta. Aku mencintai dia pun bukan suatu kesalahan. Moga Allah memihak...