Monday, June 12, 2006

Ayahku

Pada tanggal 29 Mei 2006 yang lalu saat pelajaran Genetika Dasar yang disampaikan oleh pak Arifin Noor Sugiharto bertempat di FP. 3.4, sekitar jam 10.30 HPku berbunyi. Setelah kulihat ternyata Mashudi, tetanggaku memanggil. Setelah kuangkat suaranya gak jelas karena temen-temen pada asyik antri tanda tangan. Kemudian aku mengambil alternatif untuk ke belakang pojok sebelah utara. Disana ku sangat kaget dan hampir tak percaya pada semua yang diomongkan ma Mashudi. Dia bilang ke aku bahwa aku disuruh pulang secepatnya karena bapakku, ayahku, pakku, abah, ebes dan apapun itu, beliau telah meninggalkan dunia ini. Aku bingung, bingung kamitenggengen orang Jawa bilang. Diam tidak tahu apa yang harus diperbuat. Aku ngomong ke Khafit dengan muka yang sangat pucat, wajah yang tidak biasa tampak pada wajahku. Khafit juga bingung. Aku turun dengan keadaan kaya orang gak punya tujuan. Gontai langkahku menyusuri tangga FP. Aku pergi ke toilet lt 1 dan keluar. Disana tampak Hasan dan Hendra ngomong masalah pemilwa UB. Bung Lukman mau kampanye di depan temen-temen yang ngambil mata kuliah PTH. Aku menyela dan ngomong bahwa Bapakku telah tiada.............Nangis setelah Hendra memeluk aku dan menanyakan tentang kebenaran itu. Kemudian aku mengambil sepeda dan langsung pulang. Tapi setelah sampai di depan fakultas Perikanan aku kembali untuk menitipkan kunci lahan serta format laporan DASGRO ke Hendra. Dia mengingatkan aku supaya hati-hati dan selalu menanyakan kekuatan aku jika pulang sendirian naik Bis. Kemudian temen-temen datang lagi untuk mengucapkan bela sungkawa mereka kepadaku. Dengan sigap mereka mau meminjam mobil IOM, bikin surat ijin ke IOM, nunggu. Ada juga yang pergi mencari sarteran mobil untuk ke Ngawi takziah ke rumahku. Aku sangat terharu ma temen-temen. khafit ma Hendra yang sebenernya waktu itu sibuk sekali, mencari sarteran mobil temennya Rositha. Sebelumnya Khafit menawarkan ke aku untuk dibonceng sampai Ngawi. Aku tidak mau karena merepotkan dan aku mau bareng mobil IOM aja biar lebih tenang dan cepat sampai rumah. Di saat suasana seperti itu ada sms masuk dari mas Ihwan, dia mengucapakan rasa bela sungkawanya, kemudian Kabib juga telpon dari Sidoarjo menanyakan keadaanku dan mengingatkan supaya hati-hati kalau pulang. Dia gak bisa pulang karena kerja dan baru kemarin dia pulang. Kemudia Khafit datang ma Hendra, aku dekati Khafit dan minta tolong untuk diantar ke Ngawi, karena dia tadi bilang dan menawarkan diri untuk mengantarkan aku ke Ngawi. Namun temen-temen yang lain tidak mengijinkan jika kami cuma berdua yang pulang, ada rasa gak tega atau gak percaya padaku dan kekhawatiran menghampiri pikiran mereka. Hal ini sangat wajar mengingat berita itu sangat mengagetkan aku dan juga memang bapakku sangat sehat-sehat aja sebelumnya. Anita Agustina meminjamkan motornya supaya dibawa siapa saja yang mau ikut ke Ngawi. Hasan akhirnya menawarkan diri bersama Hendra yang baru tidur jam 4 tadi paginya. Sebelumnya sepedaku tak titipkan ke Hendra sekalian kuncinya. Aku berangkat ma Khafit ke kost Khafit dulu. Di sana niatnya mo pinjem helm ternyata gak ada. aku langsung ke Komisariat tuk cari helm. Di sana ada mas fajar dan menanyakan keadaanku juga. Ternyata berita itu sangat cepat menyebar. Aku bawa helm yang ada di kom. Aku pulang ke Pondok dan disana aku cepat-cepat sambil nunggu Hasan dan Hendra yang telah mempersiapkan diri. Setelah mereka datang kami siap berangkat. Tanpa ngasih tau temen-temen pondok tentang kejadian itu aku kami berangkat. Sebenarnya ada Zainudin di situ, sudah tak kasih tau tapi kayaknya dia gak dengar. Hampir lupa ketinggalan Helm lho.
Kami lewat jalur JDM terus langsung pasar Dinoyo.......Udah dulu ya....!!!!Puskom udah ,au tutup nich...
To be continued............Afwan...!!!

Ayahku

Pada tanggal 29 Mei 2006 yang lalu saat pelajaran Genetika Dasar yang disampaikan oleh pak Arifin Noor Sugiharto bertempat di FP. 3.4, sekitar jam 10.30 HPku berbunyi. Setelah kulihat ternyata Mashudi, tetanggaku memanggil. Setelah kuangkat suaranya gak jelas karena temen-temen pada asyik antri tanda tangan. Kemudian aku mengambil alternatif untuk ke belakang pojok sebelah utara. Disana ku sangat kaget dan hampir tak percaya pada semua yang diomongkan ma Mashudi. Dia bilang ke aku bahwa aku disuruh pulang secepatnya karena bapakku, ayahku, pakku, abah, ebes dan apapun itu, beliau telah meninggalkan dunia ini. Aku bingung, bingung kamitenggengen orang Jawa bilang. Diam tidak tahu apa yang harus diperbuat. Aku ngomong ke Khafit dengan muka yang sangat pucat, wajah yang tidak biasa tampak pada wajahku. Khafit juga bingung. Aku turun dengan keadaan kaya orang gak punya tujuan. Gontai langkahku menyusuri tangga FP. Aku pergi ke toilet lt 1 dan keluar. Disana tampak Hasan dan Hendra ngomong masalah pemilwa UB. Bung Lukman mau kampanye di depan temen-temen yang ngambil mata kuliah PTH. Aku menyela dan ngomong bahwa Bapakku telah tiada.............Nangis setelah Hendra memeluk aku dan menanyakan tentang kebenaran itu. Kemudian aku mengambil sepeda dan langsung pulang. Tapi setelah sampai di depan fakultas Perikanan aku kembali untuk menitipkan kunci lahan serta format laporan DASGRO ke Hendra. Dia mengingatkan aku supaya hati-hati dan selalu menanyakan kekuatan aku jika pulang sendirian naik Bis. Kemudian temen-temen datang lagi untuk mengucapkan bela sungkawa mereka kepadaku. Dengan sigap mereka mau meminjam mobil IOM, bikin surat ijin ke IOM, nunggu. Ada juga yang pergi mencari sarteran mobil untuk ke Ngawi takziah ke rumahku. Aku sangat terharu ma temen-temen. khafit ma Hendra yang sebenernya waktu itu sibuk sekali, mencari sarteran mobil temennya Rositha. Sebelumnya Khafit menawarkan ke aku untuk dibonceng sampai Ngawi. Aku tidak mau karena merepotkan dan aku mau bareng mobil IOM aja biar lebih tenang dan cepat sampai rumah. Di saat suasana seperti itu ada sms masuk dari mas Ihwan, dia mengucapakan rasa bela sungkawanya, kemudian Kabib juga telpon dari Sidoarjo menanyakan keadaanku dan mengingatkan supaya hati-hati kalau pulang. Dia gak bisa pulang karena kerja dan baru kemarin dia pulang. Kemudia Khafit datang ma Hendra, aku dekati Khafit dan minta tolong untuk diantar ke Ngawi, karena dia tadi bilang dan menawarkan diri untuk mengantarkan aku ke Ngawi. Namun temen-temen yang lain tidak mengijinkan jika kami cuma berdua yang pulang, ada rasa gak tega atau gak percaya padaku dan kekhawatiran menghampiri pikiran mereka. Hal ini sangat wajar mengingat berita itu sangat mengagetkan aku dan juga memang bapakku sangat sehat-sehat aja sebelumnya. Anita Agustina meminjamkan motornya supaya dibawa siapa saja yang mau ikut ke Ngawi. Hasan akhirnya menawarkan diri bersama Hendra yang baru tidur jam 4 tadi paginya. Sebelumnya sepedaku tak titipkan ke Hendra sekalian kuncinya. Aku berangkat ma Khafit ke kost Khafit dulu. Di sana niatnya mo pinjem helm ternyata gak ada. aku langsung ke Komisariat tuk cari helm. Di sana ada mas fajar dan menanyakan keadaanku juga. Ternyata berita itu sangat cepat menyebar. Aku bawa helm yang ada di kom. Aku pulang ke Pondok dan disana aku cepat-cepat sambil nunggu Hasan dan Hendra yang telah mempersiapkan diri. Setelah mereka datang kami siap berangkat. Tanpa ngasih tau temen-temen pondok tentang kejadian itu aku kami berangkat. Sebenarnya ada Zainudin di situ, sudah tak kasih tau tapi kayaknya dia gak dengar. Hampir lupa ketinggalan Helm lho.
Kami lewat jalur JDM terus langsung pasar Dinoyo.......Udah dulu ya....!!!!Puskom udah ,au tutup nich...
To be continued............Afwan...!!!