Sunday, September 14, 2008

Kakak ipar

Kakak Ipar buat adikku

Ada yang aneh hari ini. Hari ini aku menerima SMS dari adekku yang ada di Ngawi. Dia Tanya kabar dan bilang kangeen. Padahal dia belum pernah SMS seperti itu, pernah sih tapi karena intensitas SMS yang agak sering. Tapi saat ini aku jarang sekali SMSan ma dia. Makanya aku telephone dia, mumpung operatornya sama. Jadi “lumayan murah lah”..… Masak ”ya iya dong?” Mulan saja, Mulan Jameelah, bukan Mulan Jameedong. Ada hal yang membuat saya agak jengkel, bukan karena di SMS seperti itu, malainkan karena di kontrakanku, yang notabene HPnya Nokia semua, chargernya gak ada sama sekali dari kemarin. Punyaku ketinggalan di rumah temenku. Makanya saya pergi ke kontrakan temenku untuk ngecharge HP aku. Makanya saya bisa menghubungi dia. Cukup lama saya ngobrol dengan dia, dari kabar masing – masing, aktivitas, kegiatan, puasanya dan sebaginya. Dia juga menanyakan kapan balik ke Ngawi. Ya saya jawab lebaran balik, masih setengah bulan lagi saya pulang. Tapi yang membuat aku jadi terperanjat ketika dia menagih kakak ipar. Dia menanyakan kakak ipar, apakah saya sudah punya kakak ipar untuknya ataukah belum. Memang dulu pernah bilang bahwa akan mencarikan kakak ipar buat dia. Tapi sampai saat ini saya belum bisa memenuhi keinginannya.

Cukup lama saya ngobrol dengan tema ini. Saya curahkan saja yang saya alami selama ini. Cukup sulit mendapatkan seorang kakak ipar buat dia, apalagi yang sesuai dengan ”krentek ati”. Sangat banyak wanita, tapi yang sesuai dengan hati itu yang merupakan menjadi pertanyaan lanjutan. Ada yang sudah sesuai dengan hatiku sejak saya tahu sang wanita itu untuk kali pertama, tapi saat ini saya hanya bisa menunggu skenario Tuhan yang memihak kepadaku. Bahkan sampai saya menyerah sebelum saya berperang, karena yang saya tahu wanita ini disenengi orang yang saya anggap punya potensi luarrr biasa untuk mendapatkanya. Dan saya yakini bahwa semua itu merupakan skenario Tuhan juga. Sejak lama saya tahu itu dan bukan hanya saya saja, tapi semua orang yang dekat dengan aku ataupun sang wanita idaman hati tersebut. Ditambah lagi aku type orang yang menerima apa adanya, kalau istilah Jawa menyebutnya ”Narimo ing pandom”. Maka aku harus tertunduk malu untuk mengatakan dan tertindas bukan bangkit untuk mengatakan cinta dan tersenyum. Apalagi saya tahu bahwa teman – teman dekat dan soulmate nya sepertinya mendukungnya. Selain itu saya juga dapat informasi lagi bahwa dia juga jalan dengan cowok Fakultas lain. Benar – benar falsafah Jawa lagi yang membuat aku masih bisa tersenyum dan bisa berjalan.

Suatu saat di BEM pada siang hari di saat saya masih bersama dengan salah satu pengurus. Kami cerita kondisi pengurus, tapi ceritanya gak beresensi ke kepengurusan malinkan dalam wilayah Konsolidasi Internal Lembaga. Dia menceritakan bahwa sang wanita tersebut belum punya gandengan dan pasangan. Hati ini ”deg” begitu mendengar kalimat itu. Semoga skenario Tuhan memihakku. Tapi seolah gak terjadi perubahan sama sekali dalam ekspresi saya. Maka yang ada di hadapankupun tidak tahu gemuruh hati ini sebagi wujud ekspresi dalam diri.

Mungkin ada skenario Tuhan yang pingin membuat perjalanan cinta saya tampak lebih indah. Sebelum saya mendengar cerita itu dan tahu yang sebenarnya, saya kadung terjebak dan terhimpit dengan keadaan. Karena saya orang yang sudah putus asa dengan keadaan, saya sempat dekat dengan orang lain. Padahal orang lainpun sebenarnya hanya sekadar dekat saja. Kami hanya sekadar dekat tanpa ada ikrar karena orang itu sudah berikrar untuk orang lain. Tapi image yang terbangun ialah orang tersebut merupakan pacar aku. Bahkan sampai sekarang pun orang akan susah menghilangkan image tersebut. Tapi saya memang tidak akan pernah merasa kecewa ataupun menyesal dengan yang saya lakukan. Bahkan kemarinpun saya masih sempet pulang bareng dia, karena secara gak sengaja ketemu di jalan.

Oh Tuhan, aku akan dibawa kemana? Apakah saya akan bersama dengan wanita idamanku ataukah dengan yang lain? Akan aku terima dan akan saya jalani skenario – Mu. Tapi jangan lupa, saya tetap yakin dengan kekuatan cinta akan merubah segalanya. Saya tetap akan mengejar ridlo Illahi dengan tetap berihtiar mencintai dia, sang wanita idaman hati.

Mungkin kakak ipar yang ditagih adikku akan terpenuhi dan akan membawa kemaslahatan keluarga dan umat. Saya menulis demikian, sang pujaanku tahu gak ya? Tapi dia punya peluang untuk membaca suara hati ini karena dia juga dalam jaringan lokal blog ini. Semoga...